Kamis, 17 Oktober 2013

S E J O L I C



SEPENGGAL KISAH DI SEJOLIC

          SEJOLIC, SEpuluh J OLympIad Class at SMANSAKA SAFER SCHOOL. Kami adalah anak – anak sortiran dari 9 kelas lainnya dari kelas A sampai I. Yang menjadi korban dari program pemekaran kelas di sekolah. Dan akhirnya pada tanggal 08 September 2011 kami terkumpulkan menjadi 30 ekor penghuni kelas baru ini, dengan 30 karakter yang berbeda – beda, dan dianggap memiliki kemampuan lebih dari kelas lain yang akan dipersiapkan mewakili sekolah dalam persaingan olimpiade dengan sekolah lain nantinya. Kamipun juga harus rela pulang lebih sore lagi untuk mengikuti tambahan pelajaran materi olimpiade.
          Hanya beberapa hari saja ternyata sudah dapat beradaptasi dengan baik. Event – event yang diselenggarakan sekolah menjadikan kami semakin solid, seperti Fashion show pada saat Dies Natalies, Bazar, Futsal di Smansaka Match, dan masih banyak lomba – lomba yang lainnya lagi.
          Namun, kebersamaan selama 9 bulan ini memang harus terpisahkan karna kami harus naik ke kelas XI, kalo saja kami masih bisa satu kelas lagi, mungkin tak akan ada yang merasa kehilangan seperti ini, tapi hal itu tak kan mungkin terjadi, kami harus memilih antara IPA / IPS. Sebenarnya nggak rela banget ninggalin teman – temen di SEJOLIC, apalagi kelasnya yang amat sangat istimewa itu, ada 2 buah AC yang bikin kami slalu adem, ada LCD buat nonton film, ada yang slalu bawa bekal buat temen – temen, ada yang slalu dispen, ada yang alim – alim, ada juga yang suka bolos, telat, nggak ngerjain PR, jarang ikut ulangan, dan yang kiechx – kiechx, semuanya hanya ada di SEPULUH JHE.
          Semuanya telah mengajarkan kita untuk saling memahami, mengerti, dan berbagi pada orang lain. Di SEJOLIC telah memberikan kami arti sebuah persahabatan. Suka dan duka, tawa dan tangis, haru dan gembira semua telah kita lalui. Kita perpisahan yang manis inilah yang kita hadapi.
          Terimakasih untuk semuanya teman. . . . . . .


Sunyi dan Sepi

Aku tahu sunyi itu bersaudara dengan sepi.
Dan sepi itu kala hati nyaris tak merasakan keramaian
dan bisikan dari seluruh bisikan.

Pikiranpun melayang tak sanggup menerjemahkan perbedaan.
Hitam itu terang.
Putih itu gelap.

Semua terasa aneh.
Dan itulah sunyi.
Hitam

Langit pucat
Pelangi hitam
Karang termakan ombak

Hitam seperti bayang-bayangku
Dan hilang seperti hatiku

Hari-hariku kini penuh kegundahan
Merindukan sesuatu yang tak pasti
Merindukan sesuatu yang tak kembali

Apa yang aku rindukan
Apa yang aku inginkan

Inginku pergi ke palung paling dalam
Biar hilang, kelam dimakan air
Menghitamkan semua yang kurindukan